Derita dan Tangis Putri Hafisah : Balita Desa Sarita yang Bertarung Melawan Sakit Tanpa Biaya Hidup -->

Advertisement

Video Karaoke

Derita dan Tangis Putri Hafisah : Balita Desa Sarita yang Bertarung Melawan Sakit Tanpa Biaya Hidup

12 Des 2025


Kota Mataram, NTB || bimakita.com - Di usia yang seharusnya dihiasi tawa kecil dan pelukan hangat, Putri Hafisah, balita 10 bulan asal Desa Sarita, Kabupaten Bima, justru melewati hari-harinya dalam penderitaan. Sejak usia dua minggu, benjolan di pipi kanan dekat telinganya tumbuh dan perlahan mengambil seluruh kenyamanannya sebagai seorang bayi. Tangis Putri bukan lagi tangis biasa—itu adalah suara sakit yang tak ia mengerti, namun harus ia rasakan setiap hari.


Orang tua Putri telah berusaha semampu yang mereka bisa. Mereka membawanya ke Puskesmas, hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Provinsi NTB. Selama dua bulan, Putri menjalani pengobatan dengan harapan ada keajaiban. Namun kenyataan yang lebih keras datang menghantam: keluarga tidak mampu membiayai kebutuhan hidup selama berada di rumah sakit. Dengan berat hati, mereka pulang, membawa Putri kembali ke rumah dengan kondisi yang belum pulih.


Dokter spesialis anak RSUP NTB telah meminta Putri datang kembali pada Oktober 2025 untuk melanjutkan pengobatan. Namun waktu berlalu tanpa kepastian. Bukan karena menyerah, tetapi karena ketidakmampuan. Orang tua Putri tidak memiliki cukup uang untuk makan, apalagi bertahan berbulan-bulan di Mataram.


Luka Putri membesar, rasa sakitnya tak mereda. Dan tak ada yang lebih menyiksa bagi seorang ibu selain mendengar anaknya menangis sepanjang malam dan tak mampu melakukan apa-apa.


Warga Menjadi Cahaya di Tengah Gelap


Ketika harapan mulai memudar, tetangga-tetangga yang melihat penderitaan Putri tak tinggal diam. Mereka mengumpulkan uang seadanya—bukan karena punya kelebihan, tetapi karena hati mereka tergetar melihat derita seorang bayi yang belum mengenal dunia.


Berbekal bantuan warga, Jumat pagi (12/12) Putri akhirnya tiba di RSUP NTB bersama ibunya dan neneknya. Begitu sampai, tangisnya pecah, menandakan rasa sakit yang semakin dalam. Relawan FPMR dan pengurus rumah singgah langsung membawanya ke IGD agar mendapat tindakan cepat.


Kami Hanya Butuh Biaya Hidup,” Kata Orang Tua dengan Suara Gemetar


Dalam kepasrahan, orang tua Putri menyampaikan sesuatu yang menghancurkan hati siapa pun yang mendengar.

Yang mereka butuh hanyalah biaya hidup untuk bertahan selama Putri menjalani pengobatan di Mataram.


Kami tidak meminta banyak. Kami hanya ingin Putri sembuh. Kami hanya butuh biaya hidup… makan, kebutuhan bayi, untuk bertahan di sini,” ujar ibu Putri sambil menahan air mata.


Mereka bukan menolak ikhtiar. Mereka hanya tidak mampu melanjutkan perjuangan ini sendirian.


Suara Relawan: Harapan yang Masih Ada


Relawan FPMR yang setia mendampingi Putri menyerukan agar pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat luas membuka mata terhadap kondisi ini. Bahwa di balik data kesehatan dan laporan anggaran, ada bayi kecil yang hidupnya sedang dipertaruhkan.


Putri hanya ingin hidup sehat, itu saja. Kami percaya masih banyak hati baik yang akan tergerak,” ungkap Wikas, relawan FPMR.


Ajakan untuk Menolong


Kini Putri dalam pemantauan medis RSUP NTB. Setiap bantuan, sekecil apa pun, berarti udara untuk napas panjang perjuangannya.


Bantuan bisa diberikan untuk kebutuhan harian keluarga selama mereka tinggal di Mataram, hingga Putri menyelesaikan seluruh tahapan medisnya.


Karena di tengah dunia yang keras ini, seorang bayi bernama Putri Hafisah masih membutuhkan tangan-tangan yang mau memeluknya melalui doa, empati, dan bantuan nyata.